Breaking News
Home / Peluang Bisnis / Airport Executive Shuttle Bus ‘Das’
airport-executive-shuttle-bus-das

Airport Executive Shuttle Bus ‘Das’

Jakarta, Bisnis transportasi telah menjadi ladang mata pencaharian Marcel Muja, Managing Director PT Lewa Dewa Wula, sejak tiga tahun lalu. Sebelum merambah bisnis shuttle bus yang berlabel Aiport Executive Shuttle Bus ‘Darma Angkasa Sentosa’ (DAS) ini – Marcel telah lebih dulu menggeluti bisnis rental mobil yang saat ini memiliki 30 armada dibawah bendera Yubileum Rent A Car. Baginya, seorang pebisnis idealnya memiliki integritas komitmen terhadap konsep awal bisnis yang dilakoni. Tidak itu saja. Inovasi dan ekspansi usaha pun menjadi syarat wajib bagi seorang pengusaha apabila ingin eksis di dunia bisnis. Mungkin inilah salah satu motivasi yang menggugah Marcel untuk melirik bisnis shuttle bus tersebut. “Toh bisnis ini gak jauh-jauh dari bisnis transportasi”, kata Marcel.
Pria asli Flores ini mengakui, jasa shuttle bus memiliki prospek bisnis yang cukup potensial. Apalagi di kota Metropolitan – yang identik dengan bisnis jasa. “Di Jakarta, transportasi sudah menjadi kebutuhan primer, sehingga otomatis peluangnya sangat besar”, kata Marcel. Pergeseran kebutuhan ini menciptakan per-mintaan, dan kebetulan saat ini penyedia jasa pengantaran hotel dari/ke bandara masih minim sekali. Situasi lalu lintas bandara yang semrawut, banyaknya taksi gelap yang pernah menelan korban dan minimnya kapasitas Damri juga menjadi motor penggerak Marcel untuk terjun ke bisnis ini. “Sekitar 12 ribu orang yang keluar masuk bandara perhari-nya. Jasa taksi dan Damri tidak cukup memenuhi kebutuhan tersebut”, tambah Marcel. Bagi Marcel, kondisi tersebut sudah cukup kuat menjawab “feeling” nya sebagai pebisnis untuk melakukan ekspansi bisnis. “Hampir 2 tahun saya membuat konsep bisnis ini, dan akhirnya bisa terealisasikan sekarang”, tutur Marcel. Menurut Marcel, yang dia investasikan di bisnis ini hanyalah konsep dan pikiran saja, istilahnya DAS hanyalah sebagai operator bisnis tranportasi. Sedangkan pendanannya berasal dari lembaga keuangan. Karena itu dia menggaet beberapa investor termasuk beberapa bank yang tak mau disebutkan namanya.
Setelah beberapa waktu berjalan dan melihat minat konsumennya DAS semakin yakin bahwa bisnis yang dipilihnya tidak salah arah dan tahu dari mana pendapatan berasal. Rasa bangga sudah mulai tersirat di raut muka Marcel. Kok bisa? Asal tahu tahu saja DAS adalah bisnis jasa shuttle pertama yang ada di Indonesia dan kebetulan dipelopori oleh perusahaannya. Sehingga otomatis peluang masih cukup besar dan masih sepi pesaing. Selain itu, menurut Marsel semakin banyak saja hotel yang membutuhkan jasa pengantaran yang reliable setiap saat tapi dengan harga yang terjangkau. “Banyak hotel belum bersedia menginvestasikan dana mereka untuk jasa pengantaran ini. Untuk itu kebenyakan mereka harus bermitra dengan perusahaan taxi misalnya, “kata Marsel. Sehingga pola kemitraan pun ditempuh, misal dengan Blue bird. “Konsep kami beda dengan Blue Bird. Blue Bird cenderung bersifat rental, namun DAS bukan rental – hanya lewat tapi on time with schedule”, jelas Marcel.
Diakui Marsel, bisnis antar penumpang bandara-hotel mungkin sudah ada sejak dulu, namun yang mengkhususkan diri untuk jasa pengantaran ini belum ada kecuali Damri. Untuk menghindari persaingan dengan DAMRI misalnya berbagai strategi dijalankan. Rute, harga, dan fasilitas yang ditawarkan pun berbeda. Bila DAMRI harga berkisar antara Rp 8 ribu – Rp 10 ribu, menumpang bus AC dan non AC dengan rute terminal dari/ke hotel. Itupun penumpang harus menunggu beberapa saat sampai bus penuh. Sedangkan taksi, men-charge penumpang dengan harga yang relatif cukup tinggi sekitar Rp 60 ribu-Rp 80 ribu. Namun, dengan shuttle bus penumpang bisa mendapatkan harga flat untuk semua jenis kendaraan (elf dan bus) yaitu Rp 30 ribu, waktu yang sesuai jadwal, fasilitas plus berupa ; AC, TV, video serta karoeke – dengan rute hotel dari/ke bandara.
Di umurnya yang baru tiga minggu, DAS telah sukses me-lobby hotel-hotel berbintang untuk menjadi mitra bisnisnya. Kini, sekitar 14 hotel (berbintang 3-4) telah dirangkulnya – berlokasi di sekitar Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. “Sekarang baru 14 hotel, namun kelak bukan hanya hotel saja namun semua tempat penginapan akan kami jadikan mitra”, jelas Marcel. Namun kata Marsel hotel yang dipilih bukan asal-asalan. Hotel tersebut antara lain harus berada dalam satu jalur/rute dan menjadi pusat massa (perputaran arus transportasi). Kita ambil contoh Shuttle A keberangkatan. Start pukul 05.30 di Hotel Karya dan jadwal keberangkatan pukul 06.00 menuju hotel IBIS Thamrin (stand by 06.10, departure 06.25) ke Ibis Arcadia (stand by 06.35, departure 06.00) menuju Bandara via toll gate Semanggi dan waktu sampau di airport pukul 08.00. “Estimasi waktu telah kami perhitungkan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi kota Jakarta”, papar Marcel. Sehingga Marcel menjamin tidak akan pernah terjadi keterlambatan. “Kami sangat straight terhadap jadwal, karena komitmen dan konsep shuttle adalah ketepatan waktu”, imbuhnya.
Saat ini DAS baru memiliki 8 armada, terdiri dari 2 bus dengan kapasitas 20 dan 6 orang (1 armada lagi untuk cadangan ). Selain itu ada mobil elf dengan kapasitas tempat duduk 9 orang. Ada 5 kali rute kedatangan (bandara-hotel) dan 3 kali rute keberangkatan (hotel-bandara). Kesemua armada masih gress dan telah dilengkapi dengan fasilitas kenyamanan yang sama. Menurut Marsel, untuk investasi awal setidaknya bisa diperkirakan. Misalnya 1 unit elf harga sekitar Rp 200 juta – Rp 225 juta (sudah termasuk tambahan fasilitas).Marcel memperkirakan usahanya akan balik modal sekitar 3 tahun.
Setiap mobil dikendarai oleh seorang sopir yang minimal memiliki SIM B1. Bagi Marcel kualifikasi seorang sopir pun sangat perlu diperhatikan dan ada persyaratannya. Entah itu tingkah lakunya, sifatnya ataupun tanggung jawabnya terhadap pekerjaan ini. Melihat segmen pasar shuttle bus, yang rata-rata dari kelas menengah atas, adalah masuk akal jika Marcel sangat memperhatikan kredibilitas seorang sopir. “Karena nyawa dan barang-barang penumpang menjadi tanggung jawab mereka,”alasan Marsel. Marcel tidak memperbolehkan armadanya menurunkan a-tau mengambil penumpang dari tempat umum, sebab dalam ijinnya DAS hanya mematuhi rute yang telah disahkan dalam ijin trayek.
Biasanya, rute paling ramai pada porsi kedatangan (bandara-hotel) menjelang sore hari dan pagi hari untuk rute kebarangkatan (hotel bandara) – dimana penumpang bisa mencapai 6 orang/mobil. Namun untuk saat ini rata-rata penumpang berjumlah 2-3 orang/elf untuk setiap keberangkatan dan 2-6 orang/elf untuk setiap kedatangan. Beda dengan bus yang memang dikhususkan bagi group. Menurut Marcel, penumpang bus bisa men-capai 12-20 orang dengan status rombongan pariwisata. Untuk saat ini Marcel mengakui, jumlah penumpang belum menyentuh target (48 orang/hari untuk 8 mobil). Sekarang rata-rata masih 3 kali rute perjalanan dengan jumlah penumpang berkisar 5-6 orang. Namun demikian, Marcel tidak berkecil hati – sebab masa tiga minggu ini masih masa percobaan. Itupun tanpa disertai promosi dan proses birokrasi/ijin trayek yang belum selesai. “Armada kami belum mendapat stiker ‘Bandara Soekarno-Hatta’ dan promosi pun belum ada”, jelas Marcel. Imbasnya armada DAS hanya diperbolehkan melewati terminal 2 tanpa “ngetem”. Padahal konsentrasi penumpang terletak di Terminal 1. Namun pria berkulit sawo matang ini yakin bilamana 2 “kartu As” (Terminal I dan Stiker Bandara) telah di kantongi bisnis shuttle bus ini kelak punya nilai jual yang sangat tinggi.
Promosi yang saat ini diterapkan masih dengan sistem “MLM” alias “marketing lewat mulut” dan menggerakkan sales yang ditempatkan di bandara Soekarno-Hatta, dan itupun tanpa media (brosur, leaflett, dsb) hanya secara lisan saja. Pendekatan dengan sistem tersebut memang belum efektif menarik banyak pelanggan. “Kami memang belum merancang strategi komunikasi yang efektif,” aku Marcel. Keterbatasan dana dan ijin yang belum tuntas adalah kendalanya. Maklum, sekarang masih tahap sosialisasi produk. Ada banyak temuan penting bagi Marcel yang perlu dipelajari selama proses pengenalan produk tersebut. Antaranya ; respon konsumen terhadap shuttle bus, harga fix yang kompetitif, promosi yang tepat serta pemilihan strategi pemasaran yang efektif. “Sebetulnya harga Rp 30 ribu ini belum fix”, jelas Marcel. Dasar penetapan harga ini meru-pakan angka “median” antara tarif bus dan taxi dari bandara dan hotel atau sebaliknya. Jadi, tidak menutup kemungkinan harga akan berubah sesuai dengan hasil evaluasi yang kelak akan dilakukan setelah masa percobaan selesai.
Untuk rencana ke depan, Marcel akan melakukan promosi yang lebih gencar. Pilihannya jatuh pada media cetak, misal membuat brosur ataupun leaflett dan radio. Kerjasama dengan hotel-hotel akan diting-katkan, dalam arti tidak hanya hotel berbintang 3-5 saja, namun semua hotel-/penginapan (wisma, losmen ataupun motel) bahkan apartemen. Merampungkan birokrasi perijinan adalah langkah selanjutnya. Marcel juga mengharapkan agar pemerintah tidak membuat birokrasi bertambah kompleks. Misal dalam hal perijinan, penetapan harga yang normal dan tidak menciptakan situasi pasar menjadi lebih rumit. Artinya niat baik jangan hanya diperlihatkan oleh pengusaha kecil ke pemerintah saja, tapi juga sebaliknya. Sebab dalam kenyataannya, eksistensi usaha kecil dan menengah lebih banyak menyerap tenaga kerja. Siklus bisnis yang kadang naik-turun, menjadi hal yang lumrah bagi Marcel. Baginya bisnis jasa pengantaran ini bukan semata-mata untuk menghimpun laba yang lebih besar. Yang terpeting bisnisnya tetap eksis dan dinamis. Shuttle bus hanyalah sebagian dari wujud ekspasi bisnis yang telah di rancangnya selama 2 tahun ini. Walaupun shuttle bus baru memenuhi 1 % dari kebutuhan akan jasa transportasi, khususnya dari/ke bandara, Marcel menganggap hal tersebut sebagai tantangan positif yang harus dihadapinya. Marcel percaya tantangan itu akan menjadi cambuk efektif, sehingga bara motivasi dalam dirinya tetap menyala. Walaupun untuk saat ini bintang ke-berhasilan belum digenggamnya, namun ca-haya bintang telah terlihat dan menuntunnya untuk mencapai kesuksesan bisnis.
Kabupaten Batang menawarkan berbagai peluang bisnis di berbagai sector. Apa saja

Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tenga, begitu bersemangat menyambut kedatangan era otonomi. Dengan tangan terbuka Batang mengundang investor dengan menawarkan sejumlah kemudahan. Berbagai peluang Pemeraintah Daerah (Pemda) menyediakan berbagai fasilitas penunjang seperti sarana & infrastruktur yang memadai serta kemudahan perijinan. Kabupaten Batang merupakan salah satu dari 35 daerah Kabupaten/Kota yang ada di propinsi Jawa Tengah. Letaknya sangat strategis. Berada di Pantai Utara, Jawa dan berada pada jalur lintas utama Jakarta – Surabaya. Secara geografis, daerah ini memiliki wilayah pantai / dataran rendah dan dataran tinggi / daerah pegunungan dengan ketinggian mencapai 2.282 M diatas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Batang tercatat mencapai 85.425,841 Ha yang terdiri atas tanah sawah sebesar 26,32%/seluas 22.481,672 Ha dan sisa luasnya merupakan tanah kering.

POTENSI INVESTASI
Kabupaten Batang punya sumber daya yang cukup memadai. Terutama sektor pertanian, perikanan dan pariwisata yang hingga kini belum dikelola secara optimal. Sebagai misal sector pertanian,. Ada beberapa peluang yang terbuka luas seperti: penyulingan bunga melati, pengolahan teh hijau, pengembangan sentra tanaman kentang, pengembangan tanaman wasabi, serta pengembangan kopi arabika dan kakao serta emping.
Di bidang perikanan ada lagi seperti pengolahan ikan segar seperti kakap merah, ikan remang dan ikan asin. Disamping pengolahan hasil laut, juga tumbuh berkembang industri galangan kapal yang memproduksi berbagai jenis kapal diantaranya kapal penangkap ikan dan kapal pesiar. Di sektor ini yang berpotensi di kembangkan adalah galangan kapal, budidaya tambak, pengadaan cold storage, penangkapan & pengolahan ikan laut.
Sementara itu, di sektor pariwisata Kabupaten Batang memiliki zona wisata yang menarik dan potensial untuk dikembangkan karena kaya akan keindahan alam, keragaman flora & fauna, kemajemukan tradisi & seni budaya serta peninggalan sejarah & purbakala. Obyek wisata yang sudah dikelola meliputi : Pantai Ujung Negoro, THR Kramat, Kolam Renang Bandar, Wana Wisata Curug Genting (air terjun), Pantai Sigandu dan Agrowisata PT. Pagilaran. Namun obyek wisata tersebut masih perlu dukungan investor untuk di kembangkan secara optimal.
Sebagai sarana penunjang pemerintah Kabupaten Batang juga telah menyediakan lahan untuk kawasan industri yang terletak di kecamatan Tulis seluas 250 Ha dan sampai saat ini telah terpakai sebanyak 50 Ha. Keberadaan zona industry tersebut sangat menunjang bagi perkembangan dunia usaha pada umumnya. Saat ini, struktur industri di daerah Batang didominasi oleh kelompok industri kecil dan home industri seperti industri logam, aneka mesin kimia serta kelompok industri hasil pertanian dan kehutanan. Di sektor ini pengembangannya ini dilakukan berdasarkan potensi dan kondisi daerah yang ada di masing-masing wilayah. Iwan Prasetio

PRODUK UNGGULAN
Produk pertania unggulan Batang berprospek cukup baik dan layak untuk dikembangkan. Diantaranya adalah komoditi teh milik PT. Pagilaran. Luas areal perkebunan teh yang juga diberdayakan oleh kelompok perkebunan rakyat mencapai 2.032,70 Ha. Hingga kini hasil produksi teh di kab. Batang telah di ekspor ke Amerika, Jepang dan Korea. Selain itu ada emping melinjo. Komoditi ini sangat digemari oleh masyarakat luas (dalam dan luar negeri) karena rasanya yang khas, gurih dan renyah. Hal itu dibuktikan dengan terus meningkatnya permintaan ekspor ke berbagai negara seperti Singapura, Belanda, Belgia, Luxemburg, Malaysia, Amerika dan kawasan Timur Tengah. Komoditi lainnya adalah madu. Ini tak lepas dari potensi hutan alam yang luas dan berbunga secara bergiliran sepanjang tahun. Batang juga potensil di industri kerajinan terutama : kerajinan kulit (sepatu tas, dompet, ikat pinggang, dll), handycraft (souvenir dari bambu, daun pandan, eceng gondok, rotan, akar wangi, dll), minuman kesehatan (sirup mengkudu), aneka makanan ringan dan kerajinan bordir. Sumber:pengusaha.com

About Majalah Peluang Bisnis

Check Also

DJ School Bisnis di Balik Hiburan Malam

DJ School Bisnis di Balik Hiburan Malam

Istilah DJ ini pertama kali digunakan untuk menggambarkan seorang peyiar radio yang akan memperkenalkan dan …

4 comments

  1. Comment Test

    I care. So, what do you think of her, Han? Don’t underestimate the Force. I don’t know what you’re talking about. I am a member of the Imperial Senate on a diplomatic mission.

  2. Comment Test 2

    I care. So, what do you think of her, Han? Don’t underestimate the Force. I don’t know what you’re talking about. I am a member of the Imperial Senate on a diplomatic mission.

  3. Comment Test 3

    I care. So, what do you think of her, Han? Don’t underestimate the Force. I don’t know what you’re talking about. I am a member of the Imperial Senate on a diplomatic mission.

  4. Comment Test again

    I care. So, what do you think of her, Han? Don’t underestimate the Force. I don’t know what you’re talking about. I am a member of the Imperial Senate on a diplomatic mission.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *